Pada pembahasan-pembahasan sebelumnya, kita mengetahui bahwa Jingzhou adalah wilayah yang dianggap krusial dan wajib dikuasai. Lu Su, Zhuge Liang, maupun Cao Cao sendiri memiliki anggapan seperti itu. Prof. Yi akan membahas mengapa mereka sampai harus berebut tanah Jingzhou.
Zhuge Liang di dalam Rencana Longzhong yang digagasnya, berkata dengan jelas, penguasa Jingzhou saat itu, Liu Biao, tak mampu mempertahankannya. Mengapa demikian? Kita perlu mengetahui lebih dulu siapakah Liu Biao. Dalam buku Hou Han Shu (Book of the Later Han), biografi Liu Biao dan Yuan Shao digabungkan menjadi satu. Buku-buku sejarah zaman kuno mencatat sejarah melalui biografi tokoh-tokoh penting. Dan seringkali tokoh-tokoh yang dianggap mirip akan ditulis dalam satu bagian. Maka Liu Biao dan Yuan Shao seharusnya memiliki kemiripan. Menurut Prof. Yi, mereka berdua adalah “idiot yang rupawan”. Di mana letak rupawannya Liu Biao? Liu Biao benar-benar adalah keturunan raja. Benar-benar. Tidak seperti Liu Bei yang agak meragukan. Liu Biao dicatat berperawakan tinggi gagah (lebih tinggi dari Zhuge Liang, kira-kira 1,86-1,88 meter). Ia juga masuk dalam jajaran delapan orang yang dianggap paling berpekerti. Ini klop dengan pandangan tradisional pada zaman itu, yang mengaitkan paras dan pekerti sebagai penentu keberhasilan seseorang.
Sebenarnya Liu Biao punya kemampuan. Saat Liu Biao diangkat menjadi gubernur Jingzhou, kondisi Jingzhou sangat kacau. Waktu itu Liu Biao mengambil kebijakan yang tepat, yakni menggunakan kaum elit untuk meredakan kekacauan. Dua orang di antaranya adalah Kuai Yue dan Cai Mao. Kuai Yue adalah orang yang sangat bertalenta. Bahkan Cao Cao sangat mengaguminya. Ketika Cao Cao berhasil menduduki Jingzhou, ia gembira bukan karena mendapat Jingzhou, melainkan karena mendapatkan Kuai Yue. Cai Mao juga berasal dari kalangan elit yang kaya raya di Jingzhou. Liu Biao minta bantuan mereka. Kuai Yue memberi saran, yakni ketika memerintah wilayah yang makmur, kita harus menggunakan cara moral, welas asih. Namun saat memerintah wilayah yang kacau balau, harus menggunakan tipu muslihat dan siasat. Jadi caranya adalah membasmi pentolan-pentolan kelompok bersenjata yang berbuat onar yang paling jahat, dan merekrut pentolan-pentolan yang baik. Cara ini manjur. Liu Biao berhasil mengamankan Jingzhou. Dan di bawah kepemimpinannya, ia berhasil mengembangkan Jingzhou dengan baik.
Lalu di mana letak keburukan Liu Biao? Pertama, ia tak punya visi. Ia sama sekali tak punya ambisi menyatukan negara. Kedua, ia berhati sempit, tak suka membantu orang lain. Saat perang Guandu, Yuan Shao maupun Cao Cao pernah minta bantuan kepada Liu Biao, namun Liu Biao tidak melakukan apa-apa. Saat itu Han Song maupun Kuai Yue sangat menyarankan Liu Biao untuk membantu salah satu pihak (dalam hal ini Cao Cao). Mengapa? Dua kekuatan besar sedang bertarung, hasil pertarungan ini akan menentukan peta kuasa di hari depan. Liu Biao saat itu memegang peran penentu. Kubu mana yang dibantunya, pasti akan menang. Dan bila Liu Biao tidak membantu siapa pun, suatu hari nanti kubu yang menang akan berbalik melawan dia. Tetapi, Liu Biao tidak menerima usulan ini. Ketiga, Liu Biao tak mampu memakai orang. Kita tahu Jingzhou penuh dengan orang-orang yang lihai. Liu Bei dan Zhuge Liang saat itu juga ada di Jingzhou. Bahkan Liu Biao menganggap Liu Bei sebagai ancaman. Keempat, Liu Biao tak memiliki penerus. Liu Biao memiliki dua putra, Liu Qi dan Liu Cong. Sebenarnya Liu Biao lebih menyukai Liu Qi. Namun karena pengaruh istri kedua Liu Biao, yang sekubu dengan Cai Mao dan kawan-kawannya, Liu Biao pun menjadi condong ke Liu Cong. Singkat cerita, akhirnya kekuasaan di Jingzhou terpecah menjadi dua kubu, kubu Liu Cong (di baliknya sebenarnya Cai Mao, Kuai Yue dkk., yang cenderung berhaluan ke Cao Cao), serta kubu Liu Qi (di baliknya sebenarnya Liu Bei dan Zhuge Liang, yang sudah tentu anti Cao Cao).
Namun sebenarnya Liu Biao lebih baik dari Yuan Shao. Ia memiliki keberhasilan tersendiri dalam mengelola Jingzhou. Sehingga menurut Prof. Yi, sebutan “idiot yang rupawan” tampaknya kurang tepat disematkan pada diri Liu Biao. Menurutnya, Liu Biao hanya “salah dilahirkan” pada saat kacau seperti saat itu. Apabila ia hidup di masa-masa yang tenang dan aman, mungkin ia akan lebih dianggap berhasil.
Jingzhou diperebutkan Cao Cao, Zhuge Liang dan Lu Su, tiga kubu yang berbeda. Bagaimanakah nasib Jingzhou? Kita akan lihat di episode berikutnya.
The post Pembahasan Tiga Negara oleh Yi Zhongtian (19 – 必争之地/Tanah yang Diperebutkan) appeared first on Belajar Seputar Budaya Tionghoa.